Beranda

Selasa, 17 Maret 2015

Purwakarta : Waduk Jatiluhur, Waduk terbesar di Indonesia

        Weekend kemarin, tepatnya hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015, saya bersama 3 teman saya mengunjungi Kabupaten Purwakarta. Tujuan utama kami adalah Waduk Jatiluhur, yang dikenal sebagai Waduk terbesar di Negeri ini.
       Perjalanan kami mulai jam 10.30 waktu Cimahi, dari rumah seorang rekan saya, Daus. Kemudian kami mengambil jalur Padalarang - Cikalong Wetan - Purwakarta, yang merupakan jalur lama sebelum adanya Tol Cipularang. Dengan medan pegunungan dan jalan yang berkelok-kelok, jalur ini begitu asik kami lewati, karena pemandangan indah dengan suasan sejuk pegunungan disepanjang perjalanan terus mengusir rasa bosan di perjalanan sejauh hampir 70 kilometer ini.
           Jalur ini dulunya adalah jalur utama Bandung menuju Jakarta via Purwakarta, sepertinya dulu jalur ini begitu ramai, karena banyaknya rumah makan besar yang ada di pinggir jalan, namun, saat ini kondisinya sudah begitu berubah, jalur yang tak begitu ramai ini pun akhirnya membuat bisnis rumah makan dan tempat istirahat disepanjang perjalanan menjadi sepi dan banyak yang gulung tikar.
Jalur lama, sekarang cukup sepi, namun tak akan mucul kebosanan saat melewati jalur ini, karena jalan pegunungan dengan pemandangan yang indah serta udara yang sejuk

         Kalau kita baru pertama kali ke purwakarta, dan juga pertama kali menuju Waduk Jatiluhur, kita tak perlu khawatir akan bingung dijalan, karena sepanjang jalan ada penunjuk arah yang cukup jelas, kami pun tanpa kesulitan berarti dalam perjalanan walaupun ini kali pertama kami berkunjung ke Purwakarta. Hampir 2 jam diatas kendaaraan, kami hampir sampai di Jatiluhur. Setelah melewati Gapur Waduk Jatiluhur, kita akan menemui persimpangan jalan, dimana bila ke kiri kita akan menuju semacam tempat tempat wisata, yang katanya ada waterboom  dan aneka fasilitas wisata lainya. dan apabila kita mengambil ke kanan maka kita akan menuju PLTA dan Bendungan Utama Jatiluhur.
          Kami memutuskan mengambil ke kanan menuju bendungan utama karena memang itu yang menjadi tujuan awal kami. Setelah melewati jalan turunan, beberapa ratus meter didepan, ada Gapura bendungan utama, kamipun segera masuk dengan membayar tiket sebesar 10.000,- rupiah per-orang, kemudian kami dipersilahkan masuk menuju bendungan utama. Karena motor roda 2 boleh masuk, kita pun tak perlu capek-capek untuk jalan kaki ke bendungan utama yang memang cukup jauh.
Narsis ala Boysband di bendungan utama.
           Bendungan utama ini cukup panjang, mungkin ada sekitar 2 kilometer (perkiraan saya nih..). disana terdapat Jalur air yang dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik, dengan bentuk seperti "Corong Raksasa" yang ada di samping Bendungan Utama.
Bangunan Bendungan inilah "Corong Raksasa" yang saya maksud. hehe....

           Karena debit air yang berada dibawah batas aman, serta pengunjung yang sedikit, seorang security yang bertugas pun memperbolehkan kami masuk ke area "Corong Raksasa" (apa ya istilahnya dari Bangunan tersebut. hehehe... ) Entah ini menyalahi aturan atau tidak karena dijalan masuk ada tulisan "Selain Petugas Dilarang Masuk" namun karena Security yang bertugas sudah memperbolehkan yah kita tak akan melewatkan kesempatan ini pastinya. 
Melewati Jembatan besi (berwarna biru) untuk menuju Bangunan "Corong Raksasa"
''Dilarang masuk kecuali petugas" hehehe.....

          Melewati jembatan besi, dengan kaki yang mulai gemetaran karena phobia ketinggian ini, "bismillah aja.." bisik dalam hati. Dan saya beserta beberapa rombongan pun sampai di bibir "corong raksasa". "Subhanaallah" memang begitu besar bangunan bendungan ini, dengan tinggi yang lebih dari 100 meter, juga diameternya yang begitu lebar, "corong raksasa" ini adalah jalur keluar air utama dari Bendungan Jatilihur, yang kapasitas airnya mencapai 12,9 miliar kubik (dari dari wikipedia)
Sisi dalam "Corong Raksasa", Fotonya sambil gemetaran, karena dalamnya bangunan ini.
 Di bibir "Corong Raskasa", memang "Raksasa" kan corong airnya. hehe
Masih ditempat sama, teman saya berfoto di bibir "corong raksasa", Begitu besar dan kokohnya Bangunan ini. Subahanallah....

          Karena kaki yang sudah mulai gemetaran pake banget, saya pun segera mengajak teman saya segera beranjak dari tempat tersebut, kami kembali ke atas bendungan utama, dan menikmati pemandangan diatas sana.
Pemandangan dari Atas Bendungan utama, hamparan padang rumput dibawah, Lokasi pembangkit listik,dan aliran sungai dari Bendungan Utama.
          
          Bapak Scurity yang bertugas disana ternyata cukup asik diajak ngobrol ngalor ngidul. Bapak petugas kemanan tersebut menceritakan tentang asal usul pembangunan Jatiluhur yang katanya dimulai sejak Era Orde Lama, merupakan  proyek Bendungan terbesar kala itu, dan sampai sekarang pun masih menyandang sebagai Bendungan terbesar di Indonesia tercinta ini. Di arsiteki oleh ahli dari dalam dan mancanegara, Bendungan Jatiluhur adalah yang pertama memakai Bandungan dengan bahan batu alam yang ditata sedemikian rupa sehingga membentuk bibir Bendungan, tidak seperti bendungan lain yang menggunakan bahan beton cor. Bendungan seperti ini sekarang sudah di aplikasikan juga pada bendungan lain di Indonesia, salah satu nya Bendungan Jatibarang di Semarang, yang sempat saya kunjungi akhir tahun kemarin. Menurut penuturan Bapak Satpam tersebut, keuntungan dari penggunaan bahan batu sebagai bahan bendungan tersebut adalah apabila debit air bendungan begitu tinggi, tumpukan batu yang memiliki celah-celah kecil tersebut dapat membantu mengalirkan air sedikit demi sedikit. Berbeda dengan Bendungan dari Beton, yang dimana beton bersifat menahan air, apabila debit air naik, dan terjadi sedikit retak di beton maka akan sangat berbahaya. Saya sih bukan anak Tehnik Sipil, jadi ya kurang paham deh ya sama hal seperti itu. hehe....
 
Bendungan Jatilihur menggunakan Batu yang disusun sebagai bibir Bendungannya,

Bendungan Jatibarang, Semarang. Juga mengaplikasikan hal yang sama dengan Bendungan Jatiluhur.
 
          Siang itu kami masih menikmati pemandangan alam di Waduk Jatiluhur, untuk cerita selanjutnya akan saya buat di artikel berikutnya ya...

Semoga bermanfaat, Salam.

Minggu, 15 Maret 2015

Selamat 15 Maret

          Hari ini, tanggal 15 maret, hari spesial bagi seseorang yang (tetap) spesial bagi saya, walau tiada sesuatu spesial yang mungkin bisa saya berikan dihari spesial ini, bahkan semalam pun tidak bisa memberikan suatu ucapan spesial bagi dia, setidaknya di tulisan ini saya bisa memberikan sesuatu yang entah memang tak berkesan dan tak ada gunanya, tapi inilah sesuatu yang bisa saya berikan, ya, hanya ini yang bisa saya berikan di hari ulang tahun dia kali ini.
      Baiklah, tanpa perlu banyak berkata, di tulisan yang mungkin tiada spesial ini, saya menyampaiakan dengan sepenuh perasaan, Selamat tanggal 15 maret, Selamat bertambah usia, doaku menyertaimu, semoga selalu diberikan kesehatan, kelancaran, dan usia yang berkah. Amin Allahuma Amin..

 Hanya goresan cahaya yang sederhana ini, mewakili ucapan selamat ulang tahun dari saya.
Maaf ya kalau benar-benar tidak spesial.
















Sekali lagi, Selamat Ulang Tahun, Laily :)

Selasa, 10 Maret 2015

Cek PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), kok lebih mahal dari tahun kemarin ya?

      
 Setahun menemani perjalanan hidup... (agak alay dikit gapapa lah ya.. hehe)

      Pagi ini tiba-tiba teringat, motor saya bulan depan ulang tahun yang pertama, kalo ulang tahun motor sih bukan kue tart atau kado apa yang disiapin, tapi yang harus disiapin adalah sejumlah uang buat bayar PKB (Pajak Kendaraan Bermotor), karena kata yang di tipi  itu kan "Orang Bijak, Bayar Pajak". Yah setidaknya saya benar-benar mau membayarnya karena gak mau repot dan males berurusan kalo ada razia dijalan dan ketahuan pajak motor mati saja. Bukan karena memang dorongan dari hati saja untuk membayar PKB nya. 
      Ini bukan semata keluhan atau umpatan dari hati sih, ini berdasarkan hati nurani yang terdalam saja *ciieee ngomongnya pake hati. haha...  Saya sebagai pengendara motor (roda 2) yang setiap harinya sliwar-sliwer  dijalan, merasa hak saya sebagai pengendara belum terpenuhi, bagaimana kondisi jalan yang juga belum bagus, banyak lubang sana-sini, dimana hal tersebut sangat membahayakan pengendara pastinya. Juga keamanan dijalan raya yang belum terjamin dan masih banyak hal lainya. Sedangkan kita tiap tahun harus membayarkan kewajiban kita untuk menyetorkan sejumlah uang ke Kas Negara. Gak adil dong ya, kita harus memenuhi kewajiban, tapi hak kita (setidaknya hak merasa aman dan nyaman dijalan) saja tidak juga terpenuhi.
       Yaweslah, kalo saya terus-terusan mengumpat seperti ini nanti dikira tukang umpat lagi, atau tukang kritik, hehe... Gak kok, saya mah selow.... Oke lah kembali ke Laptop bahasan judul diatas, Cek PKB kok lebih mahal ya?
        Ceritanya, pas inget kalau bulan depan adalah jatuh tempo pembayaran pajak saya coba cek ke website DPPAD (Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset daerah) Provinsi Jawa Tengah, websitenya ada pada alamat http://dppad.jatengprov.go.id/ kemudian kita pilih menu Info Cepat > Info Pajak Kendaraan. Disana ada kolom isian Nomor kendaraan kita, kemudian kita isi dan Klik Submit, maka jumlah PKB yang harus kita bayarkan akan segera muncul.
       Setelah data jumlah PKB yang harus dibayarkan muncul, saya sedikit kaget dengan jumlahnya, Lho kok mahal..  pikir saya. Seingat saya di lembar Ketetapan Pajak Daerah, yang ada di belakang lembar STNK, PKB yang tertulis tahun kemarin tidak sebesar yang muncul di Website tersebut.

Besaran Pajak dan Administrasi yang tertera dalam websit DPPAD Jateng
       Saya pun segera membuka lembar Ketetapan Pajak Daerah, yang berada di balik lembar STNK, dan saya cocokan, ternyata memang PKB tahun kemarin yang tertulis di Lembar tersebut lebih rendah besaranya. 
 PKB Tahun lalu, sebesar 282.000 Rupiah
       Bisa kita lihat dari kedua lampiran foto diatas, menurut info dari Web DPPAD, tahun ini saya harus membayar PKB sebesar 307.500 rupiah, sedangkan dari lembar pembayaran pajak tahun kemarin, PKB motor saya tertulis hanya sebesar 282.000 rupiah. Kenapa lebih mahal PKB tahun ini ya? Apakah memang ada kenaikan Pajak Kendaraan Bermotor?

Senin, 09 Maret 2015

"Serangan Ulat Bulu" ketidak-seimbangan rantai makanan kah?

      Sedari kemarin (hari minggu), banyak sekali bermunculan ulat bulu di balkon belakang kos-kosan saya, awalnya hanya beberapa ekor, namun hari ini sudah jadi puluhan ekor rupanya. Bukan takut sih, tapi geli yang pake BeGeTe kata anak gaul mah, dengan bulu-bulu disekujur tubuh ulat tersebut, bener-bener bikin merinding bulu kuduk juga nih... 

Banyak kan? hehe... Merinding deh kalo ngeliat si Bulu-bulu ini

       Karena penasaran, akhirnya saya melakukan investigasi ala Inseret di TV Swasta itu, usut punya usut para hewan unyu berbulu ini datang dari kebun dibelakang kosan yang memang banyak pohon-pohonya, disana sudah ada korban 2 pohon alpukat yang sudah benar-benar habis daunnya, jadi mungkin karena makanan mereka sudah habis si Ulat Bulu ini memutuskan berkelana ke Kosan saya untuk mencari Kitab Suci makananya.
      
Pucuk..pucuk...pucuuukkkk.......
Di lantai, di dinding, di jemuran, dimana-mana ada.. Geli Bro Sis... hehehe
 
      Kenapa bisa begitu banyak hewan kecil ini berkeliaran ya? hewan yang sering dianggap hama ini sebenarnya memang cukup merugikan bagi kita, pohon bisa habis dalam sekejap untuk santapan kelompok hewan kecil ini, kalo sampai dirumah kita juga pasti banyak menimbulkan kecemasan bagi kita, ada yang takut, geli, jijik, bisa juga bikin gatel orang se-isi rumah kan....
      Serangan hama ulat bulu ini jadi mengingatkan saya akan hobi saya. Ya, salah satu hobi saya adalah memelihara burung (eits, burung beneran ya ini. hehe...) Sekarang ini banyak sekali orang ingin memelihara burung dirumahnya, coba tengok saja disekitaran lingkungan kita, banyak sekali "Tukang Burung" dadakan yang memanfaatkan momen, Pesona burung kenari beberapa waktu lalu memang benar-benar menghidupkan gairah para pecinta burung di Indonesia Tercinta ini.
      Namun, bukan itu masalah sebenarnya, Hobi burung tidak akan pernah menjadi masalah apabila burung yang kita pelihara adalah burung hasil penangkaran, namun, akan sangat menjadi masalah apabila burung yang kita pelihara adalah burung hasil tangkapan di alam sekitar, betapa terganggunya rantai makanan bila berbagai jenis burung di alam ditangkapi secara sembarangan, bahkan lama-lama populasi mereka bisa punah donk?
      Salah satu burung yang jadi bahan tangkapan adalah burung pentet atau cendet, burung ini diburu karena suara yang dihasilkan cukup bagus, juga belum banyak breeder yang berhasil menangkarkan burung ini, jadi perbuaruan di alam terus terjadi. Dengan berkurangnya populasi burung pemakan serangga ini, pastinya rantai makanan akan terganggu, serangga dan ulat yang jadi makanan burung cendet akan berkembang secara luar biasa karena sudah tidak ada pemangsa di alam, lalu siapa yang rugi? Kita sendiri lah yang akan rugi bila serangga dan ulat berkembang secara tidak terkendali.
Burung pentet / cendet liar, Sumber foto : omkicau.com

      Itu baru satu contoh burung yang banyak diburu, dan bagaimana efeknya, diluar sana masih banyak sekali burung-burung lain yang terus diburu secara besar-besaran hanya untuk kepentingan komersil, bagiamana dengan keseimbangan rantai makanan, bagaimana dengan kelangsungan populasi mereka.
       Bagi kita yang peng-hobi burung, seharusnya kita sudah memikirkan hal tersebut, jangan lagi memelihara burung tangkapan dari alam, jangan sampai hobi kita membawa dampak negatif bagi lingkungan sekitar. 

Semoga Bermanfaat, Salam.

Minggu, 08 Maret 2015

Selamat Bertugas di Borneo Bro....

      Minggu siang ini bareng Opik, Daus dan Tonie, kami berada di Bandara Husein Sastranegara, bukan mau naik pesawat kok, ongkosnya belum cukup soalnya. hehehe.... Kami akan mengantarkan teman kami Mei, untuk berangkat tugas ke Banjarmasin, dia mendapat tugas negara untuk mengurusi Listrik di Kalimantan sono, Ciee.... Anak PLN... (Anak PLN? Duh... Jadi keinget punya kenangan pait sama anak PLN. haha....) Tenang Mei, bukan kamu kok...
      Sekitar setengah 3 sore Saya, Opik dan Tonie sudah sampai diparkiran, Daus pun menyusul tak lama kemudian, Namun... rupanya si Mei belum keliatan juga batang jarinya, menunggu beberapa lama, Mei belum juga datang, mungkin terkena macet perjalanan dari Garut.
       Jam 2.45 si Mei baru datang dengan buru-buru, ternyata memang benar jalur Garut - Bandung pun begitu macet, maklum karena weekend. Segeralah kita saling sapa dan yang penting, kita foto-foto dulu, hehe

Teu kasep ge teu nanaon lah, Ora ganteng yo ben.. haha....
 
     Si Mei cukup terburu-buru karena sudah hampir jam 3, dia harus segera check-in ke dalam. Namun saya teringat kebiasaan Mas saya yang selalu Check-in di Satu jam sebelum Take Off, dan kemudian keluar lagi agar bisa ngobrol lebih lama dengan yang mengantar, bagi yang belum terbiasa, memang setelah check-in tak akan keluar lagi dan hanya menunggu didalam, namun cara dari Mas saya itu cukup bermanfaat dari pada kita harus menunggu satu jam di dalam ruang tunggu, dan tak bisa mengobrol lama dengan yang mengantar.
      Kita pun menuju pintu masuk bandara husein, sambil saya melihat apakah ada pintu keluar agar nantinya Mei dapat keluar setelah Check-in. Ternyata ada, dan pintu keluar pun tepat disebelah pintu masuk, nah loohhh...hehehe.. Segera saya sarankan Mei untuk masuk Check-in dan mengurus Bagasi setelah itu keluar lagi agar bisa lebih banyak ngobrol dengan kita. Namun, karena khawatir bila Mei tidak diperbolehkan keluar setelah Check-in nanti, akhirnya kita Foto dan bersalaman dulu, siapa tau nanti gak bisa keluar kan? hehe

      Mei pun masuk, kita masih menunggu didepan pintu masuk, bila memang nanti Mei bisa keluar lagi. 5 menit belum ada tanda-tanda, dan sekitar lima menit berikutnya Mei nongol dari pintu keluar, Asssiikkk,.... cara tadi berhasil dan artinya kita bisa ngobrol lama lagi, masih ada setengah jam sebelum waktu Boarding si Mei.
      Kita pun menuju salah satu minimarket tak jauh dari pintu masuk, waktu yang singkat sore ini kami manfaatkan dengan obrolan hangat penuh canda, yah buat menghibur temen yang mau tugas luar pulau ceritanya...

      Setengah jam berlalu, puku; 16.40 mei segera berpamitan karena sudah ada panggilan Boarding, si Mei pun bergegas menuju pintu Bandara.
Oke Mei... Selamat Bertugas, Bersih Tanpa Suap deh Pokoknya.... hehehe.....
Doakan kami yang masih studi ini semoga bisa segera Lulus dan dapat pekerjaan yang Berkah. Amiinn....

Semoga bermanfaat, Salam.

Sabtu, 07 Maret 2015

Ayam Bubur Gibbas, Bubur Ayam yang Anti-mainstream


      Ting tung... Notifikasi pesan BBM masuk, ternyata ada teman ngajakin nyari yang anget-anget di malam minggu yang dingin ini. Sepertinya yang dituju memang anget beneran sih, sebuah tempat di jalan Kebon Jati, Yah, memang di deket Kebon Jati banyak yang anget-anget ya, yang suka di Bandung pasti tau deh ya... hihihi 
Oke Skip-skip....
      Ba'da isya (sekitaran jam 19.30) saya  bersama dua teman segera meluncur dari kosan di daerah Sarijadi, melewati hiruk pikuk kemacetan yang selalu bertambah macet dikala weekend ini, setengah jam lebih perjalanan kami tempuh untuk sampai ditempat yang kami tuju.

      Dan Inilah dia, yang anget-anget di malam minggu kami.

Tampak depan, Lokasi Bubur Ayam Gibbas, Jalan Kebon Jati.

       Tak hanya melewati kepadatan di Jalan, setelah sampai warung Ayam Bubur ini  kami pun tetap dihadapakan pada kepadatan, hanya objeknya lain, yaitu kepadatan antrian pelanggan warung ini. 
Semua tempat duduk penuh dengan pelanggan yang bersantap malam

      Kami bertiga harus bersabar, dan menunggu  beberapa lama untuk mendapatkan tempat duduk. Setelah lebih kurang 15 menit, kami baru mendapatkan tempat duduk, kemudian kami pun memesan 3 Porsi Ayam Bubur, begitu kami sebut menu Bubur Ayam di warung ini, kami memilih porsi yang "Bubur Ayam Biasa" artinya hanya bubur dengan tambahan ayam dan cakue serta bumbu lain dan tanpa tambahan Telur, Jeroan atau menu tambahan lainya.
     "  Lalu apa yang Anti-Mainstream donk kalo cuma bubur ayam doank? "  Nah, baiklah, ini yang Spesial alias "anti-mainsetrim" dari warung yang satu ini.... 
Porsinya Brooo.... hehehe..
 
      Menu yang kami pesan adalah "Bubur Ayam Biasa Campur" artinya  Bubur ditambah suwiran ayam dan cakue dengan tambahan bumbu lainya, dicampur dalam satu mangkok, dan porsinya sebanyak foto yang diatas, Banyak Bukan? Kurang Banyak? Oke.... Warung ini juga menyediakan menu "Bubur Ayam Pisah" yang artinya, kita akan medapat semangkuk berisi bubur saja, dengan porsi bubur yang hampir memenuhi mangkok, kemudian kita mendapatkan semangkok lagi yang isinya suwiran ayam, cakue, bumbu serta tambahan lain. Jadi di Menu "pisah" ini kita mendapatkan 2 mangkok sajian yang harus kita habiskan, kebayang kenyangnya kan? Kalau saya sih sudah gak kuat untuk menghabiskan menu "pisah" tersebut, menu "campur" saja sudah membuat begitu kenyang. hehe.....
      Menu nan aduhai porsinya ini tak akan membuat Kanker alias Kantong Kering lohhh... cukup 12 ribu rupiah untuk menu bubur ayam biasa, serta kita cukup menambah beberapa ribu rupiah lagi untuk meng-upgrade menu dengan Jeroan, telur atau temen-temenya. Murah kan? 
      Oh iya, kabar baiknya lagi, menu "pisah" yang super aduhai porsinya pun harganya sama, Asik kan buat yang makannya banyak. hehehe... 
Gerobak Bubur Ayam Gibas

      Sejak kami tahu warung bubur ini di tahun 2012 yang lalu, warung ini memang sudah begitu laris manis tiap malamnya, setiap akan makan kita harus bersabar dengan antrian yang ada, dan setelah makan kita harus cepat-cepat beranjak agar tempat kita dapat digunakan pelanggan lain untuk makan, kami memang sudah beberapa tahun sering kesini, karena porsi yang aduhai nya yang menjadi daya tarik bagi kami, Bubur ayam disini pun selalu kami sebut "Ayam Bubur" karena porsinya, dan terutama porsi ayam-nya begitu melimpah.

 Yang meracik Bubur jumlahnya banyak, agar dapat melayani konsumen yang begitu ramai

      Jadi, yang berkunjung ke Bandung, jangan lupa memasukan warung ini sebagai daftar kunjugan di malam hari, letak nya ada di jalan Kebon Jati, dari arah Pasar Ciroyom kita lurus ke Timur, sebelum pintu masuk samping Paska Hypersquare, ada pertigaan, warung ini ada di kiri jalan.


Semoga menambah wawasan kita semua, Salam.
      

Sabtu, 07 Februari 2015

Tebing Keraton, Lukisan Illahi nan begitu indahnya

          Sabtu pagi ini, bangun pagi seperti biasanya, namun setelah itu ada hal yang tak seperti biasanya, yaitu tidak menyambung mimpi dipagi hari. Setelah bangun segera saya bergegas bersiap-siap untuk pergi. Saya bersama ke tiga orang teman merencanakan pergi ke Tebing Keraton, wisata alam di Bandung yang sedang rame-rame nya di obrolin di media sosial akhir-akhir ini.
           Lewat 30 menit dari jam 7 pagi gedor-gedor pintu kosan temen, menunggu mereka sebentar dan kamipun segera berangkat menuju tempat yang mendapat julukan "Bukit Instagram", karena banyaknya para Instagramer yang doyan banget ceprat-cepret dan mengupload pemandangan dari atas bukit di daerrah Ciburial tersebut. Seperti minggu pagi biasanya, lalu lintas di Bandung begitu lengang, tidak seperti minggu siang sampai minggu malam yang kembali mendadak-macet karena di penuhi kendaraan dari luar kota yang mau kembali setelah berlibur ria di Kota Kembang. Hanya sekitar 30 menit kami sudah sampai di Dago Atas, lalu belok ke kiri mengambil arah THR Juanda. Setelah pintu masuk THR Juanda kita ke kanan menuju arah Warung bandrek, dan dari warung bandrek kita perlu sedikit perjuangan ekstra karena medan yang begitu curam dan jalan yang kondisinya kurang baik.
          Sekitar hampir 2 kilometer dari Warung Bandrek, kita akan menemui perkampungan pe
nduduk, disitulah Tebing Keraton yang kita tuju. Membayar parkir sebesar 5 ribu rupiah permotor, kemudian kita menuju loket karcis, dan kita harus membayar lagi 10 ribu rupiah per orang untuk masuk ke areal tebing keraton.
           
Jalan menuju lokasi wisata

             Cuaca cukup terik saat kami sampai di Tebing Keraton, karena hari memang sudah cukup siang, juga matahari yang tak malu-malu menampakan sinarnya tanpa ada mendung yang menutupi pancaranya. Namun semangat menikmati keindahan Ciptaan-Nya tak mengurungkan niat kami, tetap bermandikan hangat matahari, kami begitu menikmati segala sajian alam nan indah di depan mata. 

 Suasana Tebing Keraton hari itui, cukup ramai pengunjung walau cuaca cukup terik.

           Tak hanya wisatawan dari sekitar Bandung, wisatawan dari luar kota pun banyak yang menyempatkan berkunjung ke tempat tersebut, pesona "Tebing Instagram" sudah membius banyak orang untuk mengunjunginya, tentunya untuk berselfie ria disana. Untung saja saya tidak begitu menyukai si selpi ini, dan ditambah lagi monopod alias tongsis pun tak punya, jadi Alhamdulillah saya tidak mengikuti demam Selpi ini deh. hehehe....
          
Pemandangan sebelah kiri dari Tebing Keraton
            
           Karena waktu yang cukup siang dengan cuaca yang terik pula, kami tak dapat menikmati Tebing Keraton yang diselimuti kabut, sebagai mana hasil foto yang sedang nge-trend di media sosial, dimana saat pagi, ketika tebing keraton masih diselimuti kabut, maka hasil foto yang didapat seakan-akan kita sedang berada diatas puncak gunung, dengan lapisan kabut dibawah kita. Sepertinya lain kali kami harus berangkat subuh kesininya nih. hehehe....

Pemandangan sebelah kanan dari atas tebing keraton, daerah Maribaya dan sekitarnya.
           Tebing keraton merupakan bentangan tebing vertikal yang memanjang, dengan berbagai macam jenis tumbuhan yang begitu hijau, perpaduan tebing, hutan serta kontur alam pegunungan membuat lokasi ini bagaikan lukisan nan begitu indah yang dilukis oleh keagungan Illahi, yang dapat membawa kita pada suatu rasa yang begitu bahagia saat kita mengunjunginya. Begitulah Tuhan menciptakan alam dan seisinya dengan penuh keindahan didalamnya. 
Tebing vertikal di area Tebing Keraton
       
             Di balik keindahannya, Tebing Keraton menyimpan banyak cerita didalamnya, dari beberapa informasi yang saya baca, menyebutkan bahwa tebing keraton merupakan bagian dari Sesar Lembang, bukit vertikal tersebut merupakan patahan yang terjadi akibat aktivitas vulkanologi Gunung Tangkuban Perahu Purba yang terjadi di masa lalu, dan sampai saat ini, daerah sekitar patahan tersebut, merupakan daerah yang rawan bencana karena dikhawatirkan patahan tersebut akan bergerak sewaktu-waktu, yang dapat menyebabkan gempa dengan kekuatan cukup besar.
             Cerita lainya adalah tentang penyebutan Tebing Keraton untuk nama dari Tebing di Desa Ciburial ini, menurut banyak cerita, nama Keraton digunakan karena menurut beberapa cerita, tempat tersebut merupakan pusat mahluk halus atau keraton nya mahluk halus, dimana banyak cerita mistis yang beredar tentang tempat tersebut. Namun, lebih bijak jika kita menyikapinya dengan mempercayai bahwa memang mahluk seperti itu ada disekitar kita, namun tak perlu ditakuti atau sebagainya karena kita dan mereka hidup di dimensi ruang dan waktu yang berbeda.

 Sisi kanan Tebing Keraton
            Tak hanya berfoto dari atas tebing, bagi pengunjung yang ingin berfoto lebih "menantang" ada sebuah spot foto yang cukup populer di tebing Keraton ini, yaitu diujung tebing karaton, kemudian melompat pagar pembatas dan turun ke sisi bawah tebing, cara ini sebenarnya cukup berbahaya karena tidak ada pengaman dibawah, dan kita hanya akan berpegangan pada sebuah tali tambang berdiameter 5 cm saat kita akan turun ke bawah. Namun, foto di spot ini begitu menarik perhatian pengunjung dan banyak yang tetap turun kesisi tebing ini untuk sekedar berfoto ria.

Turun ke sisi tebing, hanya berpegangan  pada tali tambang, harus super ekstra sangat hati-hati. :)

Foto dari sisi Tebing, Spot ini jadi begitu favorit, walau cukup ekstrim untuk turun kesini.

              Tebing keraton saat ini sudah mulai dilengkapi dengan berbagai fasilitas, adanya pagar pembatas di bibir tebing, jalan setapak yang sudah dilengkapi paving blok, juga fasilitas toilet yang berada didekat loket masuk. Namun, sayang sungguh disayang, saat kami kesana, fasilitas toilet tersebut tidak dapat digunakan, entah karena apa. Akses menuju lokasi juga masih begitu buruk, dengan kondisi jalan yang cukup terjal, dan kondisi aspal yang sudah mengelupas parah hanya menyisakan tumpukan batu, sangat menyulitkan para pengunjung yang akan menuju lokasi, bahkan bisa sangat membahayakan apabila pengendara kurang pandai mengendalikan kendaraannya. Dengan tarif masuk wisata sebesar 10 ribu rupiah per-orang, fasilitas dan akses menuju lokasi  wisata ini seharusnya sudah bagus atau minimal layak, sehingga pengunjung akan semakin banyak yang berkunjung ke lokasi ini.
 Bernarsis ria
Ngobrol ngalor - ngidul sambil menikmati pemandangan
          Itulah sedikit curhat  cerita saya tentang Bukit Instagram, Tebing Keraton ini, sungguh ciptaan Tuhan yang begitu indah, semoga bisa membuat kepengen yang belum kesini, dan juga membuat pengen kesini lagi bagi yang sudah. hehe.... Semoga bermanfaat, dan mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kesalahan. Salam.

Selasa, 16 Desember 2014

Lolong, tempat sejuk, asri nan penuh inspirasi


" Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikkan air 
Menghempas di atas batu hitam 
Merintih menikam sepi pagi
Pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyang 
Diterpa angin dingin bukit ini 
Seperti mengisyaratkan doa 
Rahasia alam diam di sekitarnya
Di sini pun aku mencari 
EngkauSetiap kali ku panggili namaMu
Namun selalu saja hanya gema suaraku yang terdengar rindu
Gadis manis duduk di sebelahku
Menyematkan kembang di saku bajuku 
Dan bercerita tentang sepasang burung 
Yang bercumbu di atas dahan
Tetapi sepi tetap bergayut di dada 
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?" 
Tetapi rindu tetap bergayut di dada 
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?"
Ketika pulang aku turun ke kali 
Dan berkaca di atas air 
Kulihat wajahku letih dan tua 
Tapi aku berusaha tertawa 
Anggap hidup hanya sandiwara yang akan berakhir segera "

      Tertulis diatas adalah sebuah tembang indah nan merdu gubahan dari Seorang Maestro Musik Indonesia favorit saya, Ebiet G. Ade. Lolong, adalah judul dari tembang tersebut. Saya sendiri sudah lama mengenal dan akrab dengan tembang tersebut, karena kebetulan Almarhum Ayah saya juga suka dengan lagu-lagu Ebiet, namun saya tak tahu kenapa "Lolong" menjadi judul lagu tersebut, padahal tiada satu pun kata "Lolong" di Bait lagu tersebut.
       Sampai pada suatu hari, tepatnya akhir tahun kemarin, saya ditugaskan pada salah satu kantor swasta di Cabang Kabupaten Pekalongan, bekerja dibagian Marketing, saya sering melakukan kegiatan diluar kantor untuk memantau kegiatan marketing yang dilakukan. Hingga pada suatu siang, selepas berakhirnya sebuah kegiatan promosi disalah satu pasar tradisional disana, saja diajak rekan kerja untuk  beristirahat siang sambil melihat pemandangan "Desa lolong" yang katanya sangat sejuk dan asri. 
         Siang itu pun saya bersama rekan-rekan marketing kantor menuju ke tempat tersebut, apabila kita dari Kajen (Pusat Pemerintahan Kabupaten Peklongan) kita mengambil arah ke timur menuju arah Kecamatan Karanganyar, setelah sampai di Pasar Karangnyar, kita akan melihat Tugu Duren dan kita tinggal belok kanan, dan mengikuti jalan tersebut. Dari Pasar karanganyar, tinggal 3 kilometer lagi atau sekitar 15 menit untuk menuju Desa Lolong. Kita akan melewati hamparan kebun durian yang menandakan kita sudah hampir sampai di 
          Desa Lolong, merupakan sebuah desa kecil di kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. Lokasinya yang sejuk dan begitu asri merupakan daya tarik tersendiri bagi desa ini, desa ini pun terkenal akan durian yang begitu aduhai rasanya, serta saat musim durian, disini juga sering diadakan festival durian, yang katanya juga sering di hadiri oleh Ebiet G. Ade. Yah, keindahan dan kesejukan desa ini memang membuat hati begitu tentram. Bahkan Musisi Kondang Sekelas Ebiet G. Ade pun mendapatkan inspirasi untuk menggubah sebuah lagu yang menceritakan tentang desa indah nan sejuk ini.
          Saat saya sampai didesa ini, suara gemericik air segara menyapa ruang dengar saya. Ternyata ada sebuah sungai yang membelah desa lolong ini, sungai berbatu khas pegunungan dengan air yang begitu jernih. Saya pun tertarik menuju ke arah sungai tersebut

Sungai di desa lolong, airnya begitu jernih dan segar.

          Menuju arah sungai, kami melihat ada sebuah jembatan beton dengan bentuk melengkung yang berdiri kokoh diatas sungai, menurut cerita dari teman saya jembatan tersebut sudah berusia ratusan tahun, dibangun saat masa penjajahan dulu dan sampai sekarang masih begitu kokoh berdiri. Saya pun jadi teringat akan acara Reality Show yang dibawakan om Tukul Arwana, yang pernah menayangkan episode tentang jembatan ini, dan cerita keangkeran yang menyertainya. Tapi bagi saya sih yang penting kita ingat terhadap Sang Khalik, dimanapun kita berada. Sehingga saat disana Alhamdulillah lancar dan tidak ada sesuatu hal "aneh" yang terjadi. Skiipp skiippp... ini mah bukan tulisan mistis. Mari kita kembali ke Laptop.

Diatas sungai tersebut, terdapat jembatan beton dengan bentuk melengkung, yang katanya jembatan ini sudah berusia puluhan tahun

         Setalah menikmati keindahan alam dari atas jembatan, saya berjalan sedikit, kemudian saya melihat sebuah batu besar, yang didindingnya terdapat semacam tulisan-tulisan berwarna emas daitas batu granit, saat saya membacanya, disinilah saya tahu asal mula lagu "Lolong" yang diciptakan oleh Ebiet G. Ade. Dari sinilah kenapa lagu tersebut diberi judul "Lolong", "Lolong" adalah nama tempat yang ingin diceritakan oleh Ebiet dalam lagu tersebut.
Syair Lagu Lolong, Gubahan Ebiet G. Ade, di dekat Jembatan Desa Lolong.
          Begitulah desa Lolong, desa sejuk nan indah yang akan membawa ketentraman dihati saat kita mengunjunginya. Menurut saya desa ini dapat dijadikan sebagai saran pelepas penat bagi yang sudah terlalu jenuh dengan segala macam kebisingan dan hiruk pikuk permasalahan kehidupan. Setidaknya kesejukan dan keindahan desa ini dapat membawa "angin sejuk" ke dalam rohani kita yang  "panas" dengan segala permasalahan yang ada.

Berikut adalah beberapa foto yang saya ambil di desa Lolong

Pemandangan jembatan dari bawah
Sungai yang begitu jernih, dan begitu segar, khas pegunungan.


Rekan kerja waktu di pekalongan, Kangen juga dengan canda tawa mereka. hehe....
 
         Jadi, inilah yang bisa saya tuliskan tentang Desa yang sejuknya masih tetap terasa di hati ini, mohon maaf bila terdapat kekeliruan. Semoga Bermanfaat. Salam.