Beranda

Selasa, 16 Desember 2014

Lolong, tempat sejuk, asri nan penuh inspirasi


" Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikkan air 
Menghempas di atas batu hitam 
Merintih menikam sepi pagi
Pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyang 
Diterpa angin dingin bukit ini 
Seperti mengisyaratkan doa 
Rahasia alam diam di sekitarnya
Di sini pun aku mencari 
EngkauSetiap kali ku panggili namaMu
Namun selalu saja hanya gema suaraku yang terdengar rindu
Gadis manis duduk di sebelahku
Menyematkan kembang di saku bajuku 
Dan bercerita tentang sepasang burung 
Yang bercumbu di atas dahan
Tetapi sepi tetap bergayut di dada 
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?" 
Tetapi rindu tetap bergayut di dada 
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?"
Ketika pulang aku turun ke kali 
Dan berkaca di atas air 
Kulihat wajahku letih dan tua 
Tapi aku berusaha tertawa 
Anggap hidup hanya sandiwara yang akan berakhir segera "

      Tertulis diatas adalah sebuah tembang indah nan merdu gubahan dari Seorang Maestro Musik Indonesia favorit saya, Ebiet G. Ade. Lolong, adalah judul dari tembang tersebut. Saya sendiri sudah lama mengenal dan akrab dengan tembang tersebut, karena kebetulan Almarhum Ayah saya juga suka dengan lagu-lagu Ebiet, namun saya tak tahu kenapa "Lolong" menjadi judul lagu tersebut, padahal tiada satu pun kata "Lolong" di Bait lagu tersebut.
       Sampai pada suatu hari, tepatnya akhir tahun kemarin, saya ditugaskan pada salah satu kantor swasta di Cabang Kabupaten Pekalongan, bekerja dibagian Marketing, saya sering melakukan kegiatan diluar kantor untuk memantau kegiatan marketing yang dilakukan. Hingga pada suatu siang, selepas berakhirnya sebuah kegiatan promosi disalah satu pasar tradisional disana, saja diajak rekan kerja untuk  beristirahat siang sambil melihat pemandangan "Desa lolong" yang katanya sangat sejuk dan asri. 
         Siang itu pun saya bersama rekan-rekan marketing kantor menuju ke tempat tersebut, apabila kita dari Kajen (Pusat Pemerintahan Kabupaten Peklongan) kita mengambil arah ke timur menuju arah Kecamatan Karanganyar, setelah sampai di Pasar Karangnyar, kita akan melihat Tugu Duren dan kita tinggal belok kanan, dan mengikuti jalan tersebut. Dari Pasar karanganyar, tinggal 3 kilometer lagi atau sekitar 15 menit untuk menuju Desa Lolong. Kita akan melewati hamparan kebun durian yang menandakan kita sudah hampir sampai di 
          Desa Lolong, merupakan sebuah desa kecil di kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan. Lokasinya yang sejuk dan begitu asri merupakan daya tarik tersendiri bagi desa ini, desa ini pun terkenal akan durian yang begitu aduhai rasanya, serta saat musim durian, disini juga sering diadakan festival durian, yang katanya juga sering di hadiri oleh Ebiet G. Ade. Yah, keindahan dan kesejukan desa ini memang membuat hati begitu tentram. Bahkan Musisi Kondang Sekelas Ebiet G. Ade pun mendapatkan inspirasi untuk menggubah sebuah lagu yang menceritakan tentang desa indah nan sejuk ini.
          Saat saya sampai didesa ini, suara gemericik air segara menyapa ruang dengar saya. Ternyata ada sebuah sungai yang membelah desa lolong ini, sungai berbatu khas pegunungan dengan air yang begitu jernih. Saya pun tertarik menuju ke arah sungai tersebut

Sungai di desa lolong, airnya begitu jernih dan segar.

          Menuju arah sungai, kami melihat ada sebuah jembatan beton dengan bentuk melengkung yang berdiri kokoh diatas sungai, menurut cerita dari teman saya jembatan tersebut sudah berusia ratusan tahun, dibangun saat masa penjajahan dulu dan sampai sekarang masih begitu kokoh berdiri. Saya pun jadi teringat akan acara Reality Show yang dibawakan om Tukul Arwana, yang pernah menayangkan episode tentang jembatan ini, dan cerita keangkeran yang menyertainya. Tapi bagi saya sih yang penting kita ingat terhadap Sang Khalik, dimanapun kita berada. Sehingga saat disana Alhamdulillah lancar dan tidak ada sesuatu hal "aneh" yang terjadi. Skiipp skiippp... ini mah bukan tulisan mistis. Mari kita kembali ke Laptop.

Diatas sungai tersebut, terdapat jembatan beton dengan bentuk melengkung, yang katanya jembatan ini sudah berusia puluhan tahun

         Setalah menikmati keindahan alam dari atas jembatan, saya berjalan sedikit, kemudian saya melihat sebuah batu besar, yang didindingnya terdapat semacam tulisan-tulisan berwarna emas daitas batu granit, saat saya membacanya, disinilah saya tahu asal mula lagu "Lolong" yang diciptakan oleh Ebiet G. Ade. Dari sinilah kenapa lagu tersebut diberi judul "Lolong", "Lolong" adalah nama tempat yang ingin diceritakan oleh Ebiet dalam lagu tersebut.
Syair Lagu Lolong, Gubahan Ebiet G. Ade, di dekat Jembatan Desa Lolong.
          Begitulah desa Lolong, desa sejuk nan indah yang akan membawa ketentraman dihati saat kita mengunjunginya. Menurut saya desa ini dapat dijadikan sebagai saran pelepas penat bagi yang sudah terlalu jenuh dengan segala macam kebisingan dan hiruk pikuk permasalahan kehidupan. Setidaknya kesejukan dan keindahan desa ini dapat membawa "angin sejuk" ke dalam rohani kita yang  "panas" dengan segala permasalahan yang ada.

Berikut adalah beberapa foto yang saya ambil di desa Lolong

Pemandangan jembatan dari bawah
Sungai yang begitu jernih, dan begitu segar, khas pegunungan.


Rekan kerja waktu di pekalongan, Kangen juga dengan canda tawa mereka. hehe....
 
         Jadi, inilah yang bisa saya tuliskan tentang Desa yang sejuknya masih tetap terasa di hati ini, mohon maaf bila terdapat kekeliruan. Semoga Bermanfaat. Salam.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar